Rabu, 09 Desember 2009

Daftar Saung Angklung di Bandung

Daftar Saung Angklung di Bandung



angklungDalam pementasannya, seni angklung memerlukan personal yang banyak. Alat musiknya terbuat dari bambu di mana penggunaannya dengan cara digoyangkan. Dengan begitu alat musik tersebut akan mengeluarkan bunyi nyaring yang sangat khas.

Bentuk angklung terdiri dari dua batang bambu dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan tinggi rendahnya nada – yang dibentuk menyerupai alat musik calung. Hanya saja, perolehan bunyi angklung tidaklah dipukul seperti halnya seni calung, melainkan digoyangkan agar sentuhan antarunsur dalam tubuh angklung tersebut mampu mengeluarkan sebuah nada.

Angklung yang berkembang sekarang adalah angklung dalam nada diatonis, yakni angklung yang dikembangkan oleh seniman Daeng Soetigna. Karenanya, nama Daeng Soetigna untuk khazanah karawitan Sunda dikenap sebagai Bapak Angklung Diatonis Kromatis, yakni seniman yang merintis perubahan angklung bernada pentatonik (da-mi-na-ti-la-da, dalam laras Salendro) seperti yang berkembang di daerah Banten seperti Pandeglang dan Serang ke dalam nada diatonis. Di daerah Banten seni angklung pentatonik ini lebih dikenal dengan seni angklung gubrag, angklung sered, atau angklung buncis.


Dalam perkembangan terakhir seni angklung (diatonis) menjadi seni yang cukup popular, dan memiliki tempat yang cukup baik di masyarakat, terutama kalangan menengah ke atas. Seni ini dalam bentuk prakteknya berbentuk sebuah orkestra (antara 30 hingga 60 personal) yang biasa dikonsumsi oleh para pejabat pemerintahan atau dalam pernyambutan tamu kedinasan dari dalam dan luar negeri. Karenanya, tak heran jika seni ini termasuk salah satu seni yang kerap tampil di istana kenegaraan.

Batik indonesia

UNESCO, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani pendidikan, sains, dan kebudayaan, akan segera menetapkan batik tulis Indonesia sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia. Menurut keterangan Departeman Kebudayaan dan Pariwisata, penetapan akan dilakukan pada tanggal 28 September 2009. Sementara itu, pengukuhannya baru akan dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2009.

Batik tulis adalah batik yang dibuat dengan tangan (menggunakan canting), bukan dengan cara dicap atau di-printing. Oleh karena itu, batik tulis terkenal unik dan mewah. Agar batik tulis diakui oleh dunia internasional, pemerintah mengajukan usul ke UNESCO. Komunitas dan ahli batik lokal mendukung dengan cara memberikan pernyataan serta dokumentasi mengenai keberadaan batik tulis. Bersamaan dengan itu, pemerintah, para ahli, organisasi/lembaga-lembaga, pengrajin, serta anggota masyarakat berusaha lebih aktif mengembangkannya. Hasilnya, batik tulis lolos dari kajian dan verifikasi yang dilakukan selama 3 tahun, oleh negara-negara perwakilan UNESCO.

Sekadar tahu, wayang dan keris telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional, beberapa waktu lalu. Kini, Indonesia sedang memperjuangkan agar gamelan dan angklung dapat mengikuti jejak yang sama.

Semoga kebudayaan Indonesia bisa lebih dikenal dan mendunia. Kita juga berharap, pengakuan dunia internasional ini dapat lebih menyejahterakan para pengrajin di Tanah Air. Secara konkret, kita (khususnya generasi muda) harus terus melestarikan, mengembangkan, dan memupuk rasa cinta kita pada produk-produk budaya asli negeri sendiri.



Share on Facebook SocialTwist Tell-a-Friend

Kebudayaan Indonesia

Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.

Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.

Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.

Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

Daftar isi

[sembunyikan]

Kebudayaan tradisional Indonesia

[sunting] Rumah adat

Tarian

Lagu

  • Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung.
  • Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama
  • Melayu : Soleram, Tanjung Katung
  • Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang
  • Aceh : Bungong Jeumpa
  • Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
  • Anak Kambing Saya (Nusa Tenggara Timur)
  • Angin Mamiri (Sulawesi Selatan)
  • Anju Ahu (Sumatera Utara)
  • Apuse (Papua)
  • Ayam Den Lapeh (Sumatera Barat)
  • Barek Solok (Sumatera Barat)
  • Batanghari (Jambi)
  • Bolelebo (Nusa Tenggara Barat)
  • Bubuy Bulan (Jawa Barat)
  • Buka Pintu (Maluku)
  • Bungo Bangso (Sumatera Utara)
  • Bungong Jeumpa (Aceh)
  • Burung Tantina (Maluku)
  • Butet (Sumatera Utara)
  • Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat)
  • Cikala Le Pongpong (Sumatera Utara)
  • Cing Cangkeling (Jawa Barat)
  • Cuk Mak Ilang (Sumatera Selatan)
  • Dago Inang Sarge (Sumatera Utara)
  • Dayung Palinggam (Sumatera Barat)
  • Dayung Sampan (Banten)
  • Dek Sangke (Sumatera Selatan)
  • Desaku (Nusa Tenggara Timur)
  • Esa Mokan (Sulawesi Utara)
  • Es Lilin (Jawa Barat)
  • Gambang Suling (Jawa Tengah)
  • Gek Kepriye (Jawa Tengah)
  • Goro-Gorone (Maluku)
  • Gending Sriwijaya (Sumatera Selatan)
  • Gundul Pacul (Jawa Tengah)
  • Helele U Ala De Teang (Nusa Tenggara Barat)
  • Huhatee (Maluku)
  • Ilir-Ilir (Jawa Tengah)
  • Indung-Indung (Kalimantan Timur)
  • Injit-Injit Semut (Jambi)
  • Jali-Jali (Jakarta)
  • Jamuran (Jawa Tengah)
  • Kabile-Bile (Sumatera Selatan)
  • Kalayar (Kalimantan Tengah)
  • Kambanglah Bungo (Sumatera Barat)
  • Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatera Barat)
  • Ka Parak Tingga (Sumatera Barat)
  • Karatagan Pahlawan (Jawa Barat)
  • Keraban Sape (Jawa Timur)
  • Keroncong Kemayoran (Jakarta)
  • Kicir-Kicir (Jakarta)
  • Kole-Kole (Maluku)
  • Lalan Belek (Bengkulu)
  • Lembah Alas (Aceh)
  • Lisoi (Sumatera Utara)
  • Madekdek Magambiri (Sumatera Utara)
  • Malam Baiko (Sumatera Barat)
  • Mande-Mande (Maluku)
  • Manuk Dadali (Jawa Barat)
  • Ma Rencong (Sulawesi Selatan)
  • Mejangeran (Bali)
  • Mariam Tomong (Sumatera Utara)
  • Moree (Nusa Tenggara Barat)
  • Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)
  • O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)
  • Ole Sioh (Maluku)
  • Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)
  • O Ulate (Maluku)
  • Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)
  • Pakarena (Sulawesi Selatan)
  • Panon Hideung (Jawa Barat)
  • Paris Barantai (Kalimantan Selatan)
  • Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)
  • Peuyeum Bandung (Jawa Barat)
  • Pileuleuyan (Jawa Barat)
  • Pinang Muda (Jambi)
  • Piso Surit (Aceh)
  • Pitik Tukung (Yogyakarta)
  • Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)
  • Rambadia (Sumatera Utara)
  • Rang Talu (Sumatera Barat)
  • Rasa Sayang-Sayange (Maluku)
  • Ratu Anom (Bali)
  • Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)
  • Sarinande (Maluku)
  • Selendang Mayang (Jambi)
  • Sengko-Sengko (Sumatera Utara)
  • Siboga Tacinto (Sumatera Utara)
  • Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)
  • Sing Sing So (Sumatera Utara)
  • Sinom (Yogyakarta)
  • Si Patokaan (Sulawesi Utara)
  • Sitara Tillo (Sulawesi Utara)
  • Soleram (Riau)
  • Surilang (Jakarta)
  • Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)
  • Tanduk Majeng (Jawa Timur)
  • Tanase (Maluku)
  • Tapian Nauli (Sumatera Utara)
  • Tari Tanggai (Sumatera Selatan)
  • Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)
  • Te Kate Dipanah (Yogyakarta)
  • Tokecang (Jawa Barat)
  • Tondok Kadadingku (Sulawesi Tengah)
  • Tope Gugu (Sulawesi Tengah)
  • Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)
  • Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)
  • Terang Bulan (Jakarta)
  • Yamko Rambe Yamko (Papua)
  • Bapak Pucung (Jawa Tengah)
  • Yen Ing Tawang Ono Lintang (Jawa Tengah)
  • Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah)
  • Anging Mamiri, Sulawesi Parasanganta (Sulawesi Selatan)
  • bulu londong, malluya, io-io, ma'pararuk (Sulawesi Barat)

[sunting] Musik

Alat musik

Patung

Pakaian

Suara

  • Jawa: Sinden.
  • Sumatra: Tukang cerita.
  • Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara)

Sastra/tulisan

Rabu, 18 November 2009



ming dao

(traditional Chinese: 明道; Pinyin: Míng Dào), also known as Ming Dao is a Taiwanesemodel, actor and singer. His first project was with SETTV as the host of The King of Adventure. In 2004, he made his debut as an actor in Heaven's Wedding Gown (天國的嫁衣). A year later, he was starred as the male lead for The Prince Who Turns into a Frog (王子變青蛙). This drama received a rating of 8.05, breaking that current all-time record of Meteor Garden, and became the highest rating drama in Taiwanese idol drama history (this record was broken by Fated To Love You in 2008

[1]). This is also the year in which 183 Club went public. His other high rating dramas, such as Magicians of Love (愛情魔髮師), had earned him the title of "The Jewel of TV Ratings" (收视之宝).

ontents

[hide]

Career

Modelling

Ming Dow was first discovered in 1999 when he took part in a variety show hosted by Jacky Wu我猜我猜我猜猜猜. The show invited Zhao Wei,Ruby Lin and Fan Bing Bing, who were the main actresses of Princess returning Pearl, at that time. titled Guess Guess Guess,

Then, Ming Dow was discovered by an unknown modeling agency. He modeled for various advertisements. He later appeared in several music videos:Fei Xiang's "She", and R&B's Love Bubble (【愛的Bubble[2].

In 2000, he participated in Super sunday, 超級星期天 in a selection to choose for F4 members.

Early Work ( 2002 - 2004 )

The King of Adventure (冒險王)

Ming Dow hosted The King of Adventure in 2002. The countries that he visited when hosting The King of Adventure were India, Korea,Egypt, Germany, Namibia, New Zealand, Laos, Guam, Fiji, Alaska, Mexico, Oman, and Indonesia, Kalimantan.

After two years, Ming Dow won the 40th Taiwan Golden Bell Award for best host.

Heaven's wedding Gown

Ming Dow starred as bike-racing champion, Chen Hai Nuo. The drama also stars Cyndi Wang and Leon Jay Williams.

Acting Career(2005 - Present)

Initially, the producers refused to cast Ming Dow as the lead role in The Prince Who Turns into a Frog. However, Ming Dow proved to be well-suited to play as Shan Jun Hao and Dang Ou. This drama is the only Taiwanese drama in which all five members of 183 Club appeared.

In his next drama, The Magicians of Love, he co-stars with his band mates Sam Wang, Jacky Zhu, and Ehlo Huang from 183 Club. Sam Wang is also a member of 5566.

In 2006, he starred in The Legend of Star Apple and Angel Lover.

One of his most recent dramas is Ying Ye 3 Jia 1 in which he plays Ah Jiang. He plays opposite former co-star, Chen Qiao En from The Prince Who Turns Into A Frog. Also he stars opposite Jason Hsu of 5566, who plays his good friend, Bulu (Wang Dao Ren). Also released in 2007 was Modern Youth(梦幻天堂).

He just finished filming Quietly Falling in Love With You in 2008.

Currently, he is filming Always Smile! in Hunan.

In December 2008, he and Chen Qiao En are set to start filming Staying by you, Staying in the sunshine/Taking of You, Accompanied by the Lights. The drama is set to release in 2009.



About Ming Dao

Ming Dao first started out as a model. Later on he acted as the host of a reality show called Mao Xian Wang (The King Of Adventure). He starred in various music videos, then co-starred alongside Cyndi Wang and Leon Jay Williams in La robe de Mariee des cieux. Most people recognize Ming Dao from Prince turns to Frog. Ming Dao is also a member of the Taiwan band 183 Club, along with 3 other members. The band's music can be heard in the Prince turns to Frog OST and The Magicians of Love OST. Their debut album was released on August 7 2006 which featured 10 songs including their first hit One Umbrella.


TV Shows

Trivia

  • Music group: 183 Club
  • Hobbies: Guitar, driving and model cars
  • Hosted SETTV's reality show 冒險王 (The King of Adventure) in 2002